11 Juni, 2013

Motivasi Sang Ibu



Dari Petani Untuk Calon PNS (Mama)

Kesadaran bahwa pendidikan begitu penting bagi anak-anaknya dan kewajiban menuntut ilmu menjadi penyemangat bagi Wa Ode Mustina untuk memperjuangkan keinginan anaknya menjadi calon PNS. Tak mengenal apa pekerjaan yang ia lakoni dan tak perduli berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sekolah anaknya.
Sejak tahun 2010, anaknya mulai duduk dibangku perkuliahan. Bermodalkan hasil Dagang sayur dan tanaman sayur yang didapatkannya ketika musim lalu, ia mampu memasok kebutuhan biaya yang harus dibayarnya. Mulai dari pembayaran DPP jurusan Agribisnis yang agak mahal, semua pembayaran dikampus hingga pembayaran uan kos Hingga semester 3 Masa kuliah anaknya.
Tina sapaan akrabnya adalah seorang Pemasok sayur daerah wakatobi, wanita yang berasal dari desa Liya Mawi, Kec. Wangi-wangi Selatan, Kab. Wakatobi yang umurnya sudah hampir memasuki setengah abad ini dengan bermodalkan tekad yang bulat ia menekuni pekerjaannya. Dengan tak mengahalangi niat baik anaknya untuk menuntut ilmu. Dia tak pernah bosan menjalankan rutinitas yang sudah lama ia lakoni sejak kecil sebagai penjual kue. Mulai bangun Subuh membuat Kue, berangkat kepasar, menuju pelabuhan sebelum matahari terbit kemudian pulang untuk sholat dhuhur dan kembali lagi beraktifitas saampai sebelum matahari tenggelam.
“Beginilah rutinitas saya dari masa kemasa, bahkan saya sendiri tidak menyebutnya sebagai pekerjaan berat, banyak orang yang bertanya, saya hanya jawab mau kekantor, begitu saja, yakni Pasar,” ucapnya dengan sedikit malu dan senyum.
Ibu beranak tiga ini tak ingin nasib anaknya berakhir seperti dirinya yang harus putus sekolah sejak Sekolah Dasar lantaran keterbatasan dana. Ia memang lahir dari keluarga miskin pasangan petani Miskin. Semua pekerjaan ia lakoni untuk menutupi biaya hidupnya. Mulai menjadi pedagang sayur, pembuat kue, petani buruh, dan beberapa pekerjaan lainya.
Jika Orang lain akan kaya dengan hasil panennya ketika waktu panen tiba, tidak dengan petani yang satu ini. Pekerjaan yang dilakoninya sebagai makelar sayur di desanya menuntutnya untuk berhutang demi menutupi pembayaran SPP anaknya untuk sementara. Dia harus mengumpul sayur dari petani-ke petani untuk dijual kepadanya, satu-persatu karung Sayur diangkutnya ke gudang dengan mendorong gerobak atau menyurh tukang ojek untuk mengangkatnya. Karung demi karung diangkutnya kerumah untuk ditatanya dengan rapi tumpukan sayur-sayur itu didalam gudang menunggu giliran ke esokan paginya untuk dikirim kewakatobi dan menunggu waktu yang tepat untuk dijual agar mendapatkan keuntungan yang sepadan. Akan tetapi, tak jarang juga ia mengalami kerugian jika sewaktu-waktu kapal tak dating atau busuk akibat jatuh dipikul orang.
Baginya, tak gampang menjadi seorang pedagang. Ia harus mampu memutar otak agar hasil pekerjaannya bisa mencukupi semua kebutuhan hidup. Meskipun hasil panen dari pekerjaanya jika dihitung kelihat banyak, tetapi sebenarnya keuntungan yang didapatkannya tak sebanding dengan modal yang digunakan untuk menanami kembali Kuliah anaknya dan kebutuhan hidupnya.
Arti Penting Sekolah Baginya…”
Apa pentingnya Orang Sekolah bagi Ibu…?
Meskipun ia hanya seorang pedagang, tetapi dia begitu mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Ia paham bahwa perkembangan dunia tidak dapat dipungkiri akan bertambah maju. Jika anak-anaknya tidak mengenyam pendidikan, maka akan jauh tertinggal dibelakang. Ini semua dilakukannya lantaran memang sudah kewajibannya sebagai orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
Kalau orang di desanya memilih untuk mencukupkan pendidikan anaknya sampai bangku sekolah menengah keatas, tidak dengan Ibu Mandor, sapaan akrabnya. Ibu Mandor begitu miris melihat realitas apa yang terjadi didesanya. Padahal menurutnya kalau dilihat dari sisi ekonomi, mereka lebih mampu bahkan berlebih jika mau menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi.
Sedikit bercerita tentang keadaan kampungnya, Ibu Mandor mengatakan bahwa dari ratusan anak muda di desa, bisa diitung dengan jari yang mau meneruskan pendidikannya dan tau arti pentingnya pendidikan. Sebagian dari orang tua masih belum mengerti akan pentingnya menuntut ilmu, begitu juga dengan anak-anaknya. Yang terlintas dipikiran masyarakat hanya bagaimana mendapatkan kerja bermodalkan ijazah SMA.
Bahkan masyarakat sudah pesimis terlebih dahulu tidak akan mampu menyelesaikan administrasi pembayaran selama sekolah. “Padahal, jika dilihat kalau mereka niat dan mau pasti akan dipermudah jalannya oleh Allah, rezeki itu sudah ada yang mengatur, apalagi buat pendidikan ada saja rezeki yang datang ketika tiba waktu pembayaran” ujarnya dengan yakin.
Ibu Mandor begitu bersyukur anak-anaknya mengerti akan pentingnya pendidikan. Ia hanya perlu mendukung dan mendoakan. Sosok yang begitu ramah ini tak ingin apa yang ia alami dialami pula oleh anaknya. Ia berusaha sekuat tenaga bahkan rela mengorbankan apapun demi anaknya. Satu hal yang dipikirkannya hanyalah bagaimana mencari rezeki yang barokah untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Tak peduli bagaimana keadaan tembok rumah yang mulai mengelupas, tak peduli atap rumah yang mulai bocor dan tak peduli betapa tuanya motor yang menemani aktivitasnya sehari-hari. Baginya kalau semua masih bisa digunakan, ia tidak akan mengganti dengan yang baru.
Menurutnya, menuntut ilmu sampai setinggi-tingginya itu penting. Orang yang berilmu dan dapat bermanfaat bagi masyarakat akan mempunyai derajat tersendiri. Tak mau kalah dengan anak-anaknya, ia juga menuntut ilmu dengan caranya sendiri. Suami dari Nasi’ah ini secara rutin membaca tafsiran ayat demi ayat yang terdapat di Al Quran untuk mendamaiakan hati dan pikirannya. Dengan begitu, berarti ia sudah menambahkan sedikit ilmu ke memory yang dipunyainya untuk diamalkan suatu saat nanti ketika dibutuhkan.
PNS..”
Apasih PNS itu menurut Ibu…?
Tina sebagai sosok Ibu memaksakan anaknya untuk mengikuti kehendaknya dalam menentukan masa depan. Ia percayakah semua masa depan kepada anaknya masing-masing. Karena menurutnya, yang akan menjalani kehidupan itu anaknya bukan dirinya, ia hanya perlu mengarahkan serta mendoakan apa yang dilakukan anaknya untuk meraih masa depan yang diinginkan.
Termasuk pilihan yang dijalankan putra Pertamanya yang memilih untuk menggeluti dunia Pengusaha. Sebenarnya Ibu manador  kurang setuju dengan pilihan anaknya, akan tetapi ia sadar bahwa bidang itu yang diminati putra pertamanya. Baginya menjadi seorang Pengusaha itu cukup berat, seorang pengusaha harus lari kesana kemari mengejar Investor dan member investasi, bahkan baginya jika mau menjadi pengusaha nggak butuh kuliah…”
“kalau mau jadi pengusaha sih sebenarnnya nggak perlu kuliah, karena walaupun dengan ijazah SMA bias jadi pengusaha yang penting punya uang” Tutunya. Sebenarnya saya lebih mendukung anak saya menjadi seorang PNS.” PNS itu Aman dan Nyaman, karena kalau di swasta katanya nanti bisa nggak dipakai orang lagi, dipecat, dlsb. Motivasi ini jelas bibit dari sifat PGPS (pinter goblok pendapatan sama). Kalau jadi PNS aman, gak bakalan dipecat mau segoblok apa juga. Mau kerja rajin, mau kerja malas, mau kreatif atau dongok, tetap aman dah” tuturnya. Tambahnya lagi “Jika PNS Pensiun, ini cukup make sense dan manusiawi, tapi apa mereka tidak tahu bahwa perusahaan2 swasta pun banyak yang memiliki program dana pensiun, dan kenapa tidak setinggi itu animo untuk bekerja di swasta? mungkin kembali ke poin di ataseskipun saya gak tahu di mana harus bangganya. Memang ada beberapa profesi yang membanggakan atau menurut saya mereka patut bangga dengan itu seperti peneliti ilmiah, dosen, guru (salut untuk yang ini) atau profesi2 yang memang membutuhkan kompetensi tinggi, untuk profesi-profesi seperti ini tentunya tidak berlaku “.

1 komentar:

  1. 1xBet korean online sportsbook Review - 100% up to €300 - Legalbet
    1xbet 카지노 korean sportsbook Review ✓ Free 온카지노 registration ✓ 1xbet korean online sportsbook ✓ 1xbet Best betting odds ✓ Best bonus codes.

    BalasHapus